Mitra Bisnis Sukses - Pernahkah
Anda merasakan hidup begitu suntuk dan membosankan? Itu
manusiawi. Tak usah dipungkiri. Saya pribadi juga kadang
merasakannya, tetapi untungnya tidak larut dalam belenggunya.
Hidup
adalah perputaran. Ibarat roda pedati; kadang kita merasakan kebahagiaan, namun
tak jarang kita dirundung duka dan kesusahan. Demikianlah Allah menguji setiap
kita dengan perputaran itu, untuk mengetahui mana hamba yang benar-benar
bertakwa kepadaNya dan mana yang tidak.
Nah,
terkait dengan persoalan hidup dan segala suka dukanya, saya ingin mengutip
sebuah cerita inspirasi tentang begitu sederhananya cara membuat hidup jauh
lebih bermakna sepanjang waktu, bukan malah terjebak pada kesusahan dan
perasaan suntuk membosankan.
Selamat
membaca.
****
Seorang
pria mendatangi seorang Sufi yang diseganinya, “Sufi,
saya bosan hidup. Rumah tangga berantakan. Usaha kacau. Saya ingin mati saja.”
Sang
Sufi tersenyum, “Oh, kamu pasti sedang sakit, dan
penyakitmu pasti bisa sembuh.”
“Tidak
Sufi, tidak. Saya sudah tidak ingin hidup lagi, saya ingin mengakhiri hidup
saya ini saja,”tolak pria itu.
“Baiklah kalau memang itu
keinginanmu. Ambil racun ini. Minumlah setengah botol malam ini, sisanya besok
sore jam 6. Jam 8 malamnya engkau akan mati dengan tenang.” Jelas sang Sufi.
Pria itu bingung. Pikirnya
setiap Sufi yang ia pernah datangi selalu memberikannya semangat hidup. Tapi
yang ini sebaliknya dan justru menawarkan racun.
***
Sesampainya di rumah, ia minum
setengah botol racun yang diberikan Sufi tadi. Ia memutuskan makan malam dengan
keluarga di restoran mahal dan memesan makanan favoritnya yang sudah lama tidak
pernah ia lakukan.
Untuk meninggalkan kenangan
manis, ia pun bersenda gurau dengan riang bersama keluarga yang diajaknya.
Sebelum tidur pun, ia mencium istrinya dan berbisik, “Sayang,
aku mencintaimu.”
Besok paginya dia bangun tidur,
membuka jendela kamar dan melihat pemandangan di luar. Tiupan angin pagi
menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk jalan pagi.
Pulang ke rumah, istrinya masih
tidur. Ia pun membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, dan satunya untuk
istrinya.
Istrinya yang merasa aneh,
kemudian terheran-heran dan bertanya, “Sayang, apa yg terjadi? Selama ini,
mungkin aku ada salah ya. Maafkan aku ya sayang?”
Kemudian dia mengunjungi
kantornya, dan menyapa setiap orang. Stafnya pun sampai bingung, “Hari
ini, Boss kita kok aneh ya?” Ia
menjadi lebih toleran, apresiatif terhadap pendapat yang berbeda.
Ia seperti mulai menikmatinya.
Pulang ke rumah jam 5 sore,
ternyata istrinya telah menungguinya. Sang istri menciumnya,“Sayang, sekali lagi mohon maaf, kalau
selama ini aku selalu merepotkanmu.” Demikian halnya dengan anak-anaknya
yang berani bermanjaan kembali padanya.
Tiba-tiba, ia merasa hidup
begitu indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan
racun yang terlanjur sudah ia minum?
Bergegas ia mendatangi sang
Sufi, dan bertanya cemas mengenai racun yang telah sebelumnya ia minum kemarin.
Sang Sufi dengan enteng
mengatakan, “Buang saja botol itu. Isinya hanyalah
air biasa kok. Dan saya bersyukur bahwa ternyata kau sudah sembuh.”
“Bila kau hidup dengan kesadaran
bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik
kehidupan ini. Maka leburkan “belenggu egomu”.
“Satu kata untukmu,
“Bersyukurlah”. Karena itulah rahasia kehidupan sesungguhnya. Itulah kunci
kebahagiaan, dan jalan menuju ketenangan”.
Seorang
Syaikh berusia 80 tahun mengalami infeksi pada telinganya yang nyaris
membuatnya tuli. Dokter menyarankan untuk melakukan operasi atas telinganya
supaya tidak kian menjadi tuli, dan Syaikh itupun menerimanya.
Operasi
pun dilangsungkan dengan seksama. Setelah operasi sukses, dan Syaikh itu bisa
mendengar kembali dengan jelas, maka datanglah tagihan biaya atas operasi
telinganya.
Syaikh
itu melihat tagihan operasinya, tiba-tiba ia menangis tersedu. Dokter yang
melihat sang Syaikh itu merasa iba dan mengatakan bahwa bila tagihan itu
terlalu tinggi maka ia akan membebaskan biaya dokter.
Maka
sang Syaikh menjawab:
“Aku bukan menangis karena uang
yang akan aku keluarkan, tetapi aku menangis karena Allah telah memberiku
pendengaran yang jelas selama 80 tahun, namun Allah tidak pernah mengirimiku
tagihan.”
Allah
berfirman dalam Q.S Al-Hasyr : 19 yang artinya:
“Dan janganlah kamu seperti
orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada
mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.”
Mari
saling mengingatkan untuk selalu bersyukur, saudaraku!
Demikian hikmah yang disampaikan
oleh sang Sufi. Sub’hanallah!
SEMOGA BERMANFAAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar